Kamis, 14 April 2011

The real Story "Temanku mati terbakar" (My friend Dead Burned)


Temanku mati terbakar

Abu Abdillah berkata: "Aku tak tahu, bagaimana harus menuturkan kisah ini padamu. Kisah yang pemah kualami sendiri beberapa tahun lain, sehingga mengubah total perjalanan hidupku. Sebenarnya aku tak ingin menceritakannya, tapi demi tanggung jawab di hadapan Allah, demi peringatan bagi para pemuda yang mendurhakai Allah dan demi pelajaran bagi para gadis yang mengejar bayangan semu, yang disebut cinta, maka kuungkapkan kisah ini.

Ketika itu kami tiga sekawan. Yang mengumpulkan kami adalah kesamaan nafsu dan kesia-siaan. Oh tidak, kami berempat. Satunya lagi adalah setan.
Kami pergi berburu gadis-gadis. Mereka kami rayu dengan kata-kata manis, hingga mereka takluk, lain kami bawa ke sebuah taman yang jauh terpencil. Di sana, kami berubah menjadi serigala-serigala yang tak menaruh belas kasihan mendengar rintihan permohonan mereka, hati dan perasaan kami sudah mati.

Begitulah hari-hari kami di taman, di tenda, atau dalam mobil yang di parkir di pinggir pantai. Sampai suatu hari, yang tak mungkin pernah saya bisa melupakannya, seperti biasa kami pergi ke taman. Seperti biqsa pula, masing-masing kami menyantap satu mangsa gadis, ditemani minuman laknat. Satu hal kami lupa.saat itu, makanan.

Segera salah Seorang di antara kami bergegas membeli makanan dengan mengendarai mobilnya. Saat ia berangkat, jam menunjukkan pukul enam sore. Beberapa jam berlalu, tapi teman kami itu belum kembali. Pukul sepuluh malam, hatiku mulai tidak enak dan gusar. Maka aku segera membawa mobil untuk mencarinya. Di tengah perjalanan, di kejauhariaku melihat jilatan api. Aku mencoba mendekat. Astaghfirullah, aku hampir tak percaya dengan yang kulihat.Ternyata api itu bersumber dari mobil temanku yang terbalik dan terbakar. Aku panik seperti orang gila.Aku segera mengeluarkan tubuh temanku dari mobilnya yang masih menyala.

Aku ngeri tatkala melihat separuh tubuhnya masak terpanggang api. Kubopong tubuhnya lalu kuletakkan di tanah.
Sejenak kemudian, dia berusaha membuka kedua belah matanya, ia berbisik lirih: "Api..., api...!"
Aku memutuskan untuk segera membawa ke rumah sakit dengan mobilku. Tetapi dengan suara campur tangis, ia mencegah: ";Tak ada gunanya.. aku tak akan sampai...!l
Air mataku tumpah, aku harus menyaksikan temanku meninggal dihadapanku. Di tengah kepanikanku, tiba-tiba ia berteriak lemah: "Apa yang mesti kukatakan padarnya?
Apa yang mesti kukatakan padaNya?"

Aku memandanginya penuh keheranan. "Siapa?" tanyaku. Dengan suara yang seakan berasal dari dasar Sumur yang amat dalam, dia menjawab: "Allah!"
Aku merinding ketakutan. Tubuh dan perasaanku terguncang keras. Tiba-tiba temanku itu menjerit,gemanya menyelusup ke setiap relung malam yang gulita, lain kudengar tarikan nafasnya yang terakhir. Innanlillaahi wa innaa ilaihi raaji 'uun.

Setelah itu, hari-hari berlalu seperti sedia kala, tetapi bayangan temanku yang meninggal, jerit kesakitannya, api yang membakaryal dan lolongannya "Apa yang harus kukatakan padaNya? Apa yang harus kukatakan padaNya?", seakan terus membuntuti setiap gerak dan diamku.
Pada diriku sendiri aku bertanya: "Aku,... apa yang harus kukatakan padaNya?"
Air mataku menetes, lain sebuah getaran aneh menjalari jiwaku. Saat puncak perenungan itulah, sayup-sayup aku mendengar adzan Shubuh menggema:
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Asyhadu Anla Ilaaha Illa Allah... Asyhadu Anna Muhammadar XasuluNah... Hayya 'Alash Shalaah..."
Aku merasa bahwa adzan itu hanya ditujukan pada diriku saja, mengajakku menyingkap fase kehidupanku yang kelam, mengajakku pada jalan cahaya dan hidayah.
Aku segera bangkit, mandi dan wudhu, menyucikan tubuhku dari noda-noda kehinaan yang menenggelamkanku selama bertahun-tahun.

Sejak saat itu, aku tak pernah lagi meninggallkan shalat. Aku memuji Allah, yang tiada yang layak dipuji selain Dia. Aku telah menjadi manusia lain. Mahasuci Allah yang telah mengubah berbagai keadaan. Dengan seizin Allah, aku telah menunaikan umrah. Insya AIlah aku akan melaksanakan haji dalam waktu dekat, siapa yang tahu? Umur ada di tangan Allah.


Seseorang mengendarai mobilnya denganpelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota.
Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri di belakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itu pun langsung tersungkur seketika.

Aku dengan seorang kawan, -bukan yang menemani-ku pada peristiwa yang pertama- cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapatpenanganan.
Dia masih muda, dari tampangnya, ia kelihatan seorang yang ta'at menjalankan perintah agama.

Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu. Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.
Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an...dengan suara amat lemah.
"Subhanallah! " dalam kondisi kritis seperti , ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-quran? Darah mengguyur seluruh pakaiannya; tulang-tulangnya patah, bahkan:ia hampir mati.

Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur'an dengan suaranya yang merdu. Selama hidup aku tak pernah mendengar suara bacaan' al quran seindah itu. Dalam batin aku bergumam sendirian: "Aku akan menuntun membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu... apalagi aku Sudah punya pengalaman" aku Meyakinkan diriku sendiri.
Aku dan kawanku seperti kena hipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qurlan yang merdu itu. Sekonyong-konyong tubuhku merinding menjalar dan menyelusup ke setiap rongga.
Tiba-tiba suara itu berhenti. Aku menoleh ke belakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat ke belakang. Kupegang tangannya, detak jantungnya nafasnya, tidak ada yang terasa. Dia telah meninggal dunia.


Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah wafat. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis, air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan.

Sampai di rumah sakit...Kepada orang-orang di sanal kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan. Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit yang meneteskan air mata. Salah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya.
Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada jenazah, semua ingin ikut menyalatinya. i

Salah seorang petugas tumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantarkan jenazah hingga ke rumah keluarganya. Salah seorang saudaranya mengisahkanl ketika kecelakaan sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekejaan itu rutin ia lakukan setiap hari Senin. Di sana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin. Ketika tejadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ia santuni. Bahkan ia juga membawa permen untuk dibagi-bagikan kepada anak-anak kecil.

Bila ada yang mengeluhkan-padanya tentang kejenuhan dalam pejalanan, ia menjawab dengan halus. "Justru saya memanfaatkan waktu pejalananku dengan menghafal dan mengulang-ulang bacaan Al-Qur'an, juga dengan mendengarkan kaset-kaset pengajian, aku mengharap ridha Allah pada setiap langkah kaki yang aku ayunkan," kata almarhum.
Aku ikut menyalati jenazah dan mengantamya sampai ke kuburan.
Dalam liang lahat yang sempit, almarhum dikebumikan. Wajahnya dihadapkan ke kiblat.
"Dengan nama Allah dan atas ngama Rasulullah".
Pelan-pelan, kami menimbuninya dengan tanah...Mintalah kepada Allah keteguhan hati saudaramu, sesungguhnya dia akan ditanya...
Almarhum menghadapi hari pertamanya dari hari-hari akhirat...

Dan aku... sungguh seakan-akan sedang menghadapi hari pertamaku di dunia.Aku benar-benar bertaubat dari kebiasaan burukku. Mudah-mudahan Allah mengampuni dosa-dosaku di masa lalu dan meneguhkanku untuk tetap mentaatinya, memberiku kesudahan hidup yang baik (khusnul khatimah) serta menjadikan kuburanku dan kuburan kaum muslimin sebagai taman-taman Surga. Amin...

Oleh : Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly

Diposkan oleh We are Muslim di 01:50 0 komentar

My friend Dead Burned


Abu Abdillah said: "I do not know, how I have to told you this story. The story that I'll never forget, thus changing the total trip of my life. Actually, I do not want to tell, but for the sake of responsibility before Allah, for the sake of warning to the youth who disobeys Allah and for the lessons for the girls who pursue false shadow, called love, then tell you this story.
When we were three friends. What we gather is the same passion and futility. Oh no, the four of us. The Four is the devil.. as you know

We went hunting for the girls on the love name. They we took her up by sweet words, until they were subdued, others we take it to a remote park areas. There, we turned into wolves who do not have mercy hear the moans of pain of girls. We took up and grabbed her virginity her purity and others.., our hearts and our feelings are dead.
That's how our days in the park, in tents, or in a car parked on the beach. Until one day, that I could not possibly ever forget it, as usual we went to the park. Similarly, each of us spend a day with broked the girls on the way with a drink (alcoholic) curse. One thing we forget is about, food.

An immediate one of us rushed to buy food with driving a car. As departed, at six o'clock in the afternoon. Several hours passed, but our friend was not returned. Ten o'clock at night, my heart began uncomfortable and angry. So I immediately took the car to look for it. In far away I saw flames and a car accident. I tried approaching. "Astaghfirullah", I hardly believe what i saw, the fire came from my friend car which overturned and caught fire.

I panicked like a crazy man.I immediately remove my friend body from his car which was still burning. I was horrified when I saw half of his body baked cook fire. I guard his body to stand and then I put in the ground.
A moment later, he tried to open both eyes, he whispered softly: "... Fire, fire ...!"
I decided to immediately bring to the hospital with my car. But with mixed voice crying, it prevents: "; It's useless .. I'll be gone ...!

My tears spilled, I could't watched my friends die before me. Suddenly He cried out weakly: "What should I say ...?
What should I tell him? "
I looked at amazement. "Who?" I asked. With a voice that seemed to come from the bottom of very deep wells, he replied: "Allah!"
I felt fear, my Body shaken and hard feelings. Suddenly my friend was screaming loudly. aAnd he passed away. Innanlillaahi wa innaa ilaihi raaji 'Uun.

After that, the days passed as usual, but the shadow of my friends who died, cried her pain, the fire that burned and his screamed out " What should I tell him? What should I tell him?", Though continued to follow every move and silent to myself. I said: "I, ... what to say to him?"
My tears drip, the other a strange thrill coursed through my soul. When the peak reflection of that, I heard the faint echoing call (Adzan) to prayer Fajr:
"Allahu Akbar, Allahu Akbar, ASYHADU Anla ilaaha Illa Allah ... ASYHADU Anna Muhammadar rasulullah ... Hayya 'Alash Shalaah ..."
I feel that prayer is only directed at me alone, take me uncover the dark phase of my life, take me on the faith and guidance.
I immediately got up, shower and ablution, cleanse my body from the opprobrium which stains drown over the years. And clean up all my sins.

Since then, I never again forget to pray (shalat). I praise God, praise-worthy that there is no other than Him. I had become another man. Glory be to God who has transformed a variety of circumstances. With God's permission, I have performed the Umrah. AIlah willing, I will perform Hajj in the near future, who knows? Age is in the hands of God.


Someone drove slowly, but his car suddenly stalled in a tunnel towards the city.
He got out of his car to change the flat. When he stood behind the car to lower the spare tire, sudden a car at high speed hit from behind. The man was immediately fell instantly.

I was with a friend,that accompany me on the first incident quickly to the scene. Here we saw the accident brought the car and we also immediately contact the hospital directly for get the ambulance. There was a man inside the car inthe accident.

He was young, from the looks, he looks a religion which obey the command.
When lifted into the car, we were both quite frantic, so no time to pay attention if he murmured something. When we lied down in the car, we could distinguish the sound coming out of his mouth.
He chanted verses from the Al-Quran and ... with a very weak voice.
"Subhanallah!" In such critical condition, he still managed to recite the verses of the holy Al-Quran? The blood flushed all her clothes, her bones broken, even: he was almost dead.

In such conditions, he continued to recite the verses of the Quran with a melodious voice. During the life I never heard a reading of 'al quran as beautiful as that. In the mind alone I murmured: "I will direct reading creed, as was done by my former ... especially when I've had the experience" I Convince myself.
Me and my friend as taxable hypnotic listening to the reading of Al-Qurlan the tuneful it. Suddenly my body shiver spread and infiltrate into each cavity.
Suddenly the sound stopped. I looked back. I saw he held up his forefinger and bersyahadat. His head was drooping, I jumped back. I held his hand, his heartbeat breath, no one feels. He had died.


I then looked at him closely, my tears dripping, I hid my tears, afraid to know my friend. I cry to my friend when the young man had died. My friends could not help crying. So it is with me. I continued to cry, my tears flowing. The atmosphere in the car really very touching.

Arriving at the hospital ... To people in sanal we preach about the young man's death and before his death an amazing event. Many people are affected by our story, so that not a few were moved to tears. One of them, after hearing her story, immediately approached the corpse and kissed his forehead.
All those present decided not to move before knowing exactly when the body will be praied immedietly. They want to give their last respects to the bodies, all want to participate to pray him

One officer of hospital contact the deceased's house. We come to deliver the corpse to his family home. One of his brother when the accident actually mengisahkanl the deceased would visit her grandmother in the village. Pekejaan routine that he does every Monday. There, the deceased also sympathize widows, orphans and poor people. When an accident occurs, the car filled with rice, sugar, fruits and goods other basic needs. He also never forgot his religious books and tapes recitation. All were to be distributed to people who he santuni. In fact he also brought candy to be distributed to small children.

When someone complained about boredom in her trip, she replied with a fine. "In fact I used the time pejalananku by memorizing and repeating reading the Qur'an, also by listening to tapes of lectures, I expect the pleasure of Allah at every step that I swing your leg," said the deceased.
I'm menyalati bodies and mengantamya up to the grave.
In a narrow grave, the deceased was interred. His face was exposed to the mecca.
"In the name of God and of ngama Prophet."
Slowly, we covered it with soil ... Have the courage to God, brother, in fact he will be asked ...
Deceased facing his first day of the days hereafter ...

And I ... really as if he were to face my first day in dunia.Aku truly repent of my bad habits. I hope God forgives me my sins in the past and meneguhkanku to remain obey, give me a good end of life (Khusnul khatimah) and make my grave and the graves of the Muslims as the gardens of Paradise. Amen ...
By: Sheikh Abdul Hamid Al Bilaly

Posted by We are Muslims at 1:50 PM 0 comments

Tidak ada komentar: